Buku adalah jendela dunia. Kita bisa belajar melalui buku. Dengan membaca buku, kita akan mendapatkan informasi, memperluas wawasan, memperkaya perbendaharaan kata, mengasah kecerdasan emosi dan spiritual, serta mendapatkan hiburan. Betapa banyak yang bisa kita dapat dari buku!
Lalu, bagaimana dengan tunanetra yang punya hambatan dengan penglihatan? Bagaimana cara mereka membaca buku? Dan, di mana mereka bisa mendapatkannya?
Fakta menunjukkan, tak satupun toko buku dan perpustakaan umum menyediakan buku untuk tunanetra. Oleh karenanya, Yayasan Mitra Netra hadir di tahun 1991, memberikan solusi untuk mengatasi masalah keterbatasan buku bagi tunanetra. Buku untuk tunanetra dapat berupa: BUKU AUDIO (audio book/talking book), BUKU BRAILLE, BUKU ELEKTRONIK (Buku ini dibaca oleh tunanetra dengan menggunakan komputer bicara, yaitu komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunak pembaca layar.)
Proses pembuatan BUKU BRAILLE adalah:
1. Mengetik naskah buku dalam dokumen "word"
2. Melakukan penyuntingan (editting)
3.Mengubah dokumen word menjadi dokumen Braille dengan menggunakan perangkat lunak Mitranetra Braille Converter (MBC) atau perangkat lunak lain sejenis dan memformatnya.
4. Mencetak dengan menggunakan mesin "embosser" (mesin cetak Braille).
Menyadari begitu pesatnya perkembangan buku di satu sisi, dan terbatasnya kemampuan Yayasan Mitra Netra di sisi lain untuk menyediakan buku yang dapat dibaca tunanetra, diperlukan upaya strategis untuk membantu pekerjaan tersebut menjadi lebih cepat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melibatkan partisipasi masyarakat secara luas menjadi relawan, khususnya dalam produksi buku Braille dan buku elektronik. Oleh karenanya, pada akhir tahun 2005, Yayasan Mitra Netra memulai program SERIBU BUKU UNTUK TUNANETRA.
Gambar 3. Pak Firdaus sedang memperagakan "embosser" (semacam printer untuk mencetak huruf braille) yang harganya alamakjan.. mahal beut.. termurah aja, 45 jeti dan ada juga yang 500 juta.. Oya, katanya lagi jumlah embosser di Indonesia merupakan salah satu yg terbanyak di SEA, tp tak terberdayakan karena tidak ada tenaga pengetik..
Gambar 4. Shally sedang menjalankan game 'mengenali teman' dengan ditutup matanya.. Gw salut sama dia yang bisa nebak dua orang temennya dengan menggunakan ciri2 spt 'tangannya kecil' dan 'jilbab bagian bawahnya ada renda nya'..
Gambar 5. Dialog bersama para tunanetra, ada pengurus yayasan (pa irwan, mba indah).. terus Erika, Fahri (katanya 2 pekan lagi akan muncul di Kick Andy), Aris, dan Deddy.. (kalo ada nama yg salah maap y..).. Ohya, Fahri itu bisa ngoding jg trnyata.. CKCKCKCK... Salah satu hobi Aris juga ngenet..
Soo, gimana mereka bisa ngenet? Hmm, ya itu.. Teknologinya mirip2 yg ada di vista sih.. jadi di tiap screen ada suara: "press this for this, press that for that", so kalo banyak button jadi ngomongnya emang panjang..
Terus kalo tentang buku audio, jadi mirip2 fasilitas 'read out load' yang ada di Adobe Reader.. Katanya sih pake MS Speech API. Ohya, ternyata utk aksen bahasa Indonesia udah ada lho, yg dibuat oleh akademisi ITB. Jadi ngomongnya ga ngaco lagi spt CinLau.. hehehe...
No comments:
Post a Comment