Friday, August 27, 2021

Pakde Soendjojo

Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Soendjojo Dirdjosoemarto, yang biasa dipanggil dengan Pakde Soen, telah berpulang ke rahmatullah 7 Agustus 2021 lalu. Pakde Soen merupakan kakak ipar yang tertua dari ibu saya. Usianya sudah sekitar 85 tahun.

Beliau tinggal di Bandung. Oleh karena itu, setiap lebaran sebelum pandemi, biasanya kami pergi ke Bandung untuk mengunjungi beliau. Ya, soalnya memang yang paling tua kan ya.

Pakde Soen merupakan sosok pengajar pendidikan sejati, dan selalu antusias dengan kegiatan mengajarnya. Beliau tadinya mengajar di IKIP, yang kemudian berubah menjadi UPI, lalu kemudian di Universitas Kuningan. Keahliannya adalah terkait dengan biologi dan pengetahuan alam.

Waktu saya coba googling, ternyata banyak juga ya buku yang telah ditulisnya. Ngga nyangka! Haha. Selama ini saya belum pernah mencoba googling nama beliau.

Yang membuat saya selalu teringat dengan beliau adalah suaranya yang berat dan sangat jawa sekali.

Beliau sudah tinggal di Bandung sejak akhir tahun 60-an

Salah satu hal yang sering diceritakan beliau adalah bagaimana beliau mengusulkan adanya nama jalan Pecah Kopi, yang apabila diterjemahkan ke Bahasa Inggris adalah Coffee Break.

Beliau orang yang sangat taat waktu. Kalau bermalam di rumahnya, biasanya jadwal makan pagi, siang, dan malam sangat on time. Misal jam 8 pagi, 12:30 siang, dan 19 malam. Dan kami semua lalu makan di meja makan bersama-sama.

Sudah dua lebaran ini kami tidak berlebaran di rumah beliau, karena terjadinya pandemi. Sungguh sangat kangen suasana kebersamaan bersama beliau.

Kalau ke Bandung, tidak bisa tidak saya menyambangi rumah beliau, walaupun sebentar. Ya, hal ini memang lebih karena didikan ortu sih. Intinya, kalau kami berkunjung ke rumah beliau, pasti beliau akan sangat senang.

Terakhir saya bertemu beliau dua tahun lalu waktu ke Bandung, sebelum pandemi terjadi. Beliau sangat senang bercerita, tak terkecuali pada saat kunjungan saya hari itu.

Saya ingat suasana saat itu. Malam hari, di meja makan hanya ada kami berdua, duduk berhadap-hadapan. Beliau bercerita dengan semangat sambil menikmati makanan yang disajikan. Salah satu condiment favorit beliau adalah sambal tomat yang sangat khas. Begitu selesai makan main course, dessert berupa buah tak pernah luput disajikan dan disantap.

Sudah beberapa tahun terakhir, beliau hobi bercerita tentang pengalamannya waktu ke Aceh dimana dia menjadi pengajar di sana. Saat itu, kalau ga salah memang ada program pendistribusian pengajar ke daerah-daerah yang dinilai lebih tertinggal.

Beliau bercerita bagaimana beliau berkreasi merakit kursi dari sisa-sisa kayu hasil konstruksi bangunan, barter rokok dengan beras, dan sebagainya. Lalu bagaimana dia naik pesawat di kali itu, saat naik pesawat belum selumrah sekarang.

Sebenarnya saya sudah agak bosan mendengar cerita yang memang sudah pernah saya dengar sebelumnya. Tapi, saya menahan diri untuk tidak menginterupsi dan selalu menyimak cerita beliau dengan serius. Saya juga tidak mengecek handphone sama sekali. Alhamdulillah ya Allah berikan kekuatan dan petunjuk, hehe. Jadi, saya tidak menyesal melakukan itu. Saya katakan ke diri saya sendiri dalam hati, “Arya, bisa jadi ini adalah saat terakhir kamu bercengkerama dengan beliau. Bisa jadi ini adalah saat terakhir kamu mendengar cerita beliau. So please, cherish the moment". And I did it!

Dan benar saja, saat itu adalah kesempatan terakhir saya mendengar cerita dari beliau :(. Terakhir waktu idulAdha kemarin, alhamdulillah masih bisa video call bersama beliau.

Semoga beliau husnul khotimah ya. I will really miss him.

About me

  • M.Rabindra Surya aka Arya aka Rabz
  • Male
  • CSUI
  • Twenty
  • Maaf kalo ada postingan dengan bahasa Inggris kacaubalau. Lagi belajar ^^"