Kalau bukan sekarang, kapan lagi?
Kembali ke blog setelah sekian lama.. hohoho... Bahkan udah rada lupa gimana caranya nulis blog :P.
Yak, kali ini saya mo nulis tentang biopori. Kenapa? Karena menurut saya, solusi ini merupakan salah satu yang paling mudah dilakukan. Kalo paling efektif, ngga tau juga ya, karena saya sendiri belum melakukan uji komparasi dengan metode-metode lainnya :P.
Kenapa mudah? Karena biasanya metode yang lain itu rada2 riweuh, seperti memasukkan ke dalam tangki terlebih dahulu, diberikan gula, lalu ada zat kimia tertentu, ditunggu sekian waktu, diaduk2 lagi, ditunggu sampai hangat, dan lain sebagainya agar proses pembusukan berjalan baik.
Nah, kalo pake biopori ini, yang ada cuma biaya awal untuk membuat lubang. Selanjutnya benar-benar mudah, hemat secara biaya maupun waktu dan tenaga. Saya dan beberapa saudara juga sudah mulai mencoba membuat biopori di halaman rumah, and I'm definitely SATISFIED.. Tadinya ada bagian halaman di rumah yang rada-rada gersang, dan cepet banget pecah-pecah kalo ga kena air. Dicoba ditanemin tanaman, si tanaman malah mati mulu karena si tanah ga subur. Setelah dibuat biopori, tanahnya jadi lebih oke dan tanaman mulai berkenan untuk tumbuh di sekitarnya..
Dan satu lagi, dengan adanya biopori, kita secara otomatis bisa misahin antara sampah organik dan nonorganik.. Karena sampah organiknya bisa langsung dijeblosin ke lubang tersebut. Sebelumnya, gw akui kalo gw rada males untuk misahin sampah-sampah tersebut. Karena apa? Karena gw tau ujung-ujungnya tu sampah bakalan campur aduk juga setelah diambil oleh tukang sampah. Tapi dengan ini, sampah organik sebagian udah masuk ke dalam biopori. ;)
Cara pembuatan lubang biopori:
1. Buat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diamater 10 cm. Kedalaman kurang lebih 100 cm atau tidak sampai melampaui muka air tanah bila air tanahnya dangkal. Jarak antarlubang antara 50 - 100 cm.
2. Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2-3 cm dengan tebal 2 cm di sekeliling mulut lubang.
3. Isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa tanaman, dedaunan atau pangkasan rumput.
4. Sampah organik perlu selalu ditambahkan kedalam lubang yang isinya sudah berkurang dan menyusut akibat proses pelapukan.
5. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau dengan pemeliharaan lubang resapan.
Dinamakan teknologi biopori atau ‘mulsa vertikal’, karena teknologi ini mengandalkan jasa hewan-hewan tanah seperti cacing dan rayap untuk membentuk pori-pori alami dalam tanah, dengan bantuan sampah organik, sehingga air bisa terserap dan struktur tanah diperbaiki.
Keberadaan sampah organik ini berfungsi untuk membantu menghidupkan cacing tanah dan rayap yang nantinya akan membuat biopori. Tidak perlu khawatir sampah organik akan meluap karena air akan begitu cepat terserap ke dalam lubang. Begitu pun tidak ada bau yang ditimbulkan dari sampah karena terjadi proses pembusukan secara organik. Penyerapan air ini juga tidak akan merusak pondasi bangunan karena air meresap secara merata. Dengan membuat lubang-lubang semacam ini di dekat pohon, pohon pun menjadi semakin subur.
situs ini dan situs ini.