Thursday, November 20, 2008

In Memoriam: My Dearest Old Uncle

Salah satu pakde saya telah meninggal dunia pada hari Selasa, tanggal 18 November 2008 jam 12.30 AM di RS Fatmawati Jkt. dalam usia 73 tahun (Lahir 11 Oktober 1935, Wafat 18 November 2008) karena pendarahan pada lambungnya.
jenazah almarhum saat dibawa dari rumahnya di Panglima Polim
Pakde Dayat merupakan kakak tertua dari ayah saya, dimana ayah saya sendiri merupakan anak ke-8 dari pasangan H. Syamsunu - Hj. Siti Sutarsih. Sebagai anak sulung dari sebuah keluarga besar (keluarganya tdd dari 10 bersaudara), pakde telah memberikan teladan yang baik bagi keluarganya tentang arti kerja keras dan pantang menyerah. Salut akan perjuangan mbah beserta anak-anaknya.
disholatkan di Masjid Pusda'i, Bandung
Mantan ketua umum ISFI (Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia) ini adalah salah seorang pakde yang teramat baik, dan merupakan salah satu pakde yang dekat dengan saya. Beliau adalah satu-satunya orang yang memanggil saya dengan nama Aryo. Dengan suaranya yang berat dan sambil menghisap cerutu, beliau memanggil saya: "Yo, Aryo.. Sekarang udah semester berapa?", dsb. Kalau berbicara selalu nggremeng. Hmm, bahasa Indonesianya nggremeng apa ya? Jadi ga jelas gitu, mirip saya juga yang kalo berbicara suka mungkin terlalu cepat sehingga orang lain menjadi sulit menangkap. Nah kalo udah begitu, biasanya saya hanya mengiyakan saja, hehe.
saat dibawa di pemakaman keluarga yang berada di TPU Cikutra, Bandung
Beliau juga merupakan pakde yang paling sering menanyakan kabar dengan menelepon saya, dan biasanya ngajakin untuk nginep di rumahnya di Cijeruk. Karena saya suka males nginep di sana, jadi biasanya saya tolak. Dan sekarang saya jadi menyesal karenanya :(. Oh, I'm gonna miss him A LOT!!
Keluarga yang ditinggalkan
Dapat dikatakan banyak dari keluarga yang berhutang budi (bahkan mungkin nyawa) kepada beliau. Seperti yang kita tahu, terkadang untuk mendapatkan suatu obat tertentu itu tidak mudah. Entah stok kosong, atau impor tersendat, dan sebagainya. Salah satu contohnya adalah waktu adik saya yang waktu masih berusia beberapa bulan terkena sakit diare akut dan diopname dalam jangka waktu yang cukup lama. Si adek pun memerlukan beberapa obat dan susu yang saat itu sangat sangat sulit diperoleh di pasaran. Alhamdulillah dengan bantuan pakde, adik saya terselamatkan. Raker BEM Fasilkom UI 2007/2008 juga meminjam tempatnya di Cijeruk. Saat itu pakde terlihat amat senang, dan membantu begitu banyak. Sangat ingat waktu penutupan, beliau sempat bercerita panjang lebar kepada kami tentang kisah hidupnya dahulu. Begitu banyak yang bisa dicontoh darimu, pakde. Mudah2an saya bisa mengikutinya. Dan semoga pakde mendapatkan tempat yang layak di sisi Allah SWT. Amiiiin.. =============================================================== Saya mencoba search di google, dan ternyata ada hasilnya seperti berikut ini:
DRS. H. IMAM HIDAYAT
APOTEKER YANG HOBI MEMBUDIDAYAKAN
TANAMAN LIDAH BUAYA
Menjadi Apoteker yang bermanfaat
"Saya ingin menjadi Apoteker yang bisa bermanfaat bagi masyarakat," begitulah sepenggal kata dari Drs. H. Imam Hidayat, saat beliau diwawancara di rumahnya dan kebunnya di kawasan Cijeruk, Jawa Barat. Mantan Ketua Umum ISFI dan mantan Direktur Utama Kimia Farma yang juga Purnawirawan Laksamana Pertama Angkatan laut ini bahkan mengaku tidak berminat untuk berkecimpung di apotek karena kekhawatiran jika beliau tidak bisa memberikan contoh yang terbaik bagi profesi farmasi.
Sosok Imam Hidayat, adalah sosok pekerja keras. Semasa muda, beliau pernah mencicipi berbagai jenis sekolah, mulai dari sekolah keuangan sampai management. "Sebenarnya dulu saya tertarik menjadi tentara, dan memiliki keinginan masuk AKABRI," katanya menambahkan. Beliau juga pernah ingin masuk Kedokteran Angkatan Darat (AD), namun karena dianggap dokter saat itu sudah sangat banyak, beliau pun mengikuti saran lain yaitu masuk ke jurusan Farmasi FMIPA ITB pada tahun 1955 di Bandung. Dari sinilah perjalanan kehidupannya sebagai apoteker mulai dijalani. "Awalnya saya merasa bosan kuliah di farmasi, tapi saya sudah mengambil keputusan, jadi harus tetap dijalani. Saya bahkan tidak suka sama pelajaran biologi dan farmakognosi," katanya sambil tersenyum. Bapak Imam, begitu biasa beliau disapa memang seorang yang aktif, semasa kuliah dulu, beliau banyak aktif di banyak kegiatan salah satunya mengisi Assistensi di Universitas Padjajaran Bandung. Selain itu beliau pun pernah berjualan alat-alat labor. Sifatnya yang pantang menyerah membuat beliau terdidik untuk mandiri. Lepas dari Universitas, beliau mulai menjalani profesinya. Beliaupun sempat dikaryakan di Depkes dan kemudian pernah menjadi kepala logistik, laboratorium dan Litbang. Pada awal kelulusannya, beliau mengaku tidak pernah sempat terjun ke apotek. "Bagi saya Apotek adalah idealisme, dan jika saya terjun ke sana saya harus benar-benar bekerja di sana," katanya kemudian. Barulah kemudian beliau di-hired untuk menjadi Apoteker di Kimia Farma Apotek. Tidak ingin menyia-nyiakan posisinya, maka selama menjabat sebagai Apoteker di Kimia Farma, beliau mulai membuat sistem baru, dan sistem itulah yang berlaku sampai sekarang. "Mengaplikasikan suatu sistem yang baru memang tidak mudah, saya sempat mengalami tekanan, namun saya ingat prinsip saya, just do the best," katanya tegas. Perjalanan karir beliapun terus meningkat, pada tahun 1987, beliau menjadi Direktur Umum PT. Kimia Farma dan tahun 1989 menjadi Direktur Utama. Selama masa karirnya, beliau tidak pernah berhenti belajar, bahkan beliau mempelajari mengenai filosofi secara otodidak. Hal ini juga berkaitan dengan hobinya yang sangat suka membaca dan menulis. Banyak sekali hal-hal yang ingin diberikan kepada profesinya, namun yang terpenting, beliau ingin kelak tidak hanya bermanfaat untuk profesinya tapi juga untuk masyarakat banyak. Berkebun Lidah Buaya, Tidak Hanya Sekedar Hobi. Perkembangan dunia kesehatan saat ini memang sangat cepat, Industri-industri farmasi pun mulai menunjukan kemajuan. Bahkan bukan hanya di industri obat sintetik dan kosmetik, industri obat tradisional, herbal dan fitofarmaka pun mulai diperhitungkan. Banyak beberapa peneliti dari universitas terkemuka saat ini mulai gencar melakukan penelitian terhadap khasiat suatu tanaman, dan kemudian beberapa pengusaha mulai melakukan pengembangan terhadap hasil penelitiannya tersebut. Salah satu orang yang juga tertarik pada pengembangan tanaman obat ini adalah Bapak Imam Hidayat, yang saat ini mulai concern untuk mengembangkan tanaman lidah buaya, padahan di masa kuliahnya beliau sama sekali tidak menyukai pelajaran biologi dan farmakognosi. Ada beberapa alasan mengapa Laksamana Pertama TNI (Purn) ini akhirnya banting setir dan mulai mengelola perkebunan Lidah Buaya. Selain dikarenakan hobi, beliau merasa pekerjaan inilah yang paling pas untuk beliau jalani. "Kalau di Apotek saya harus ada tiap hari, kalau tidak berarti saya mewariskan hal yang salah pada anak-anak saya. Terus terang hati nurani saya menentang itu semua," katanya saat itu. Karena itu jugalah akhirnya pemilik perkebunan lidah buaya di daerah Cijeruk kabupaten Bogor ini pun mulai mencari pekerjaan lain yang bermanfaat, selain juga untuk mangisi hari-harinya. Ketika Redaksi MEDISINA mendatangi kediaman beliau, tampak perkebunan lidah buaya yang sangat luas. Lidah buaya yang ditanam pun berbeda dengan lidah buaya yang biasa di dapatkan diperumahan atau di jalanan. Ukuran Lidah buaya milik Bapak Imam sangat besar dan lebih kokoh. Menurut beliau, Lidah buaya yang beliau miliki adalah lidah buaya yang terbukti memiliki khasiat lebih untuk kesehatan. Karena manfaatnya itulah, beliau akhirnya menekuni usaha lidah buaya ini dan mulai menjadikannya sejenis Home industry. Saat ini, hasil dari perkebunan Lidah Buaya milik Bapak Imam mulai bisa dinikmati. Dengan teknologi yang sederhana, beliau telah membuat ekstrak lidah buaya itu dan mulai mengemasnya sehingga mudah digunakan. "Lidah buaya ini banyak sekali kegunaanya, salain untuk obat penyubur rambut, lidah buaya yang saya produksi juga bisa digunakan untuk mengobati gatal-gatal dan menyembuhkan rematik,"katanya menjelaskan. Saking tertariknya, para tim majalah MEDISINA pun boleh mengambil beberapa tanaman lidah buaya yang sudah dikemas. Lumayan sekali untuk persedian di rumah jika mengalami gangguan gatal dan rematik. Ternyata, Bapak Imam tidak hanya memanfaatkan lidak buaya untuk pengobatan, tetapi juga untuk bahan makanan. Tak ayal, saat di rumanya, Tim MEDISINA kemudian disuguhkan minuman dingin lidah buaya. Enaknya lagi, selain menyegarkan, lidah buaya buatan Bapak Imam juga menyehatkan. Disamping budidaya lidah buayanya yang mulai berkembang, beliau juga memiliki usaha lainnya, "saat ini saya juga memiliki peternakan, diantaranya peternakan ayam dan ikan," tidak tanggung-tanggung, tim MEDISINA pun boleh mencicipi hidangan ikan bakar hasil dari peternakan ikannya. Yang pasti, di masa tuanya, satu yang tidak pernah beliau lupakan yaitu membantu masyarakat di sekitarnya. Sosok ayah yang dermawan ini juga selalu ingat dengan prinsip beliau yaitu selalu berzikir, berpikir dan berbuat (beramal). Tim MEDISINA selalu mendoakan kesuksesan beliau (Vta/Mta/Dni).

9 comments:

Unknown said...

Innalilahi wa innailahi roji'un..

Turut berduka ya Arya. Almarhum Pakde dayat terbukti bisa berbakti bagi Masyarakat sampai akhir hayatnya.

Masih ingat di benak kita bagaimana baiknya beliau saat menyambut dan menerima teman-teman dari Fasilkom saat raker BEM fasilkom.

Sungguh jika ditelusuri banyak pelajaran yang bsia kita ambil dari palde dayat. kegigihannya, dan tak lupa ke-istiqomahan beliau.

Masih terngiang nasihat beliau saat melepas acara Raker waktu itu, suaranya yang berat membuat suasana benar-benar damai dan menginspirasikan..

Semoga amal baik beliau diterima oleh Allah SWT, serta diampuni dosa-dosanya.. Aminn

rabindra said...

Amiiin...

Makasih banyak ya Smile. That's very kind of you..

Jadi inget pas itu khan Smile setia berdiri di samping beliau, sedangkan yang lainnya terkantuk2, hehe..

Ayo Smile, pas itu diceritain apa aja? :P

Anonymous said...

posting di milis syamsunuclan dong, ka.

sawie said...

innalilahi wa innailahi rojiun....

semoga Allah mengampuni segala dosa pak'de Dayat, serta menerima segala amal kebaikan beliau dan menempatkan beliau bersama dengan insan2 lainnya yg beriman...amin...dan untuk keluarga yg ditinggalkan semoga diberikan ketabahan dan keikhlasan..


pak'de org nya perhatian bgt, bahkan sama org yg baru di kenal :), jd ge-er waktu pak' de nanyain kabar sawi :), sayang lebaran kemaren ga berkunjung ke rumah pak'de.

rabindra said...

@Dayce:
mba Dayce ko bisa2nya sampe blog ini? ckckckck.. Iya deh mba, nanti saya post. :)

@Sawie:
amiiiin.. makasih banyak ya Sawi.. :)

Anonymous said...

jadi sedih euy

Anonymous said...

jadi sedih euy

Sri Hidayati Djoeffan said...

Trimakasih Arya yg sudah menuliskan memory pakde. Dia perwira dan ksatria teladan. Semoga kakaku ytc telah tentram di sisiNYA dan telah bertemu dg ayah bunda dan saudara2 yg dicintainya. Aamiin.

madzfu said...

Setelah menelaah dan membaca, ternyata almarhum adalah seseorang yg mempunyai prinsip jatidiri yg sangat kuat dan bijaksana.

About me

  • M.Rabindra Surya aka Arya aka Rabz
  • Male
  • CSUI
  • Twenty
  • Maaf kalo ada postingan dengan bahasa Inggris kacaubalau. Lagi belajar ^^"